dc.description.abstract | Gunung Merapi yang terletak di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta
merupakan salah satu gunung api yang beraktivitas tinggi. Pada tanggal 26
Oktober 2010. Gunung Merapi mengalami erupsi pertama dan berlanjut dengan erupsi lanjutan hingga awal November 2010. Letusan tersebut telah
mengakibatkan bencana bagi masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah. Bencana
ini merupakan yang terbesar bila dibandingkan dengan bencana serupa pada lima
kejadian sebelumnya, yaitu kejadian pada tahun 1994, 1997, 1998, 2001 dan 2006
atau terbesar sejak 150 tahun tepatnya tahun 1872 (BNPB, 2011). Selama proses
erupsi, volume material yang dikeluarkan mencapai 130 juta m3
yang tersebar di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
Di samping munculnya bahaya primer berupa awan panas, bahaya
sekunder berupa banjir lahar mengancam daerah atau sungai yang dilaluinya.
Letusan Merapi 2010 mengeluarkan material lahar yang mengarah ke Selatan dan
Barat Daya. Aliran lahar yang ke arah Selatan mengendap di Kali Gendol,
sedangkan yang ke arah Barat Daya mengendap di KaliPabelan, Kali Blongkeng,
Kali Putih dan Kali Krasak (lihat Gambar 1.2). Padasaat hujan maka tumpukan
lahar tersebut akan terbawa aliran ke hilir. Hal ini akan mengakibatkan kondisi
aliran sungai akan mengadung konsentrasi sedimen yang tinggi, bahkan aliran
berubah menjadi aliran debris.
Dengan melihat endapan material lahar dingin di anak-anak sungai Progo
tersebut, maka sudah dapat dipastikan bahwa di sungai Progo akan menerima
beban aliran sedimen yang berlebih setelah letusan Merapi 2010. Selama musim
hujan material sedimen tersebut akan terbawa aliran air sehingga aliran akan
mengandung bedload dengan konsentrasi tinggi. Tentunya hal ini akan memberi
dampak perubahan morfologi sungai yang signifikan pada musim hujan. Material
bedload akan mengendap jika kondisi aliran memberikan shearstresspada dasar
aliran yang rendah, atau kurang dari kondisi kritik. | en_US |