RE-ORIENTASI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DIGITAL PADA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Abstract
Pola kerja secara global telah berubah secara drastis dalam waktu tiga puluh tahun terakhir. Hal ini terjadi akibat adanya perubahan gelombang besar yang mengakibatkan gangguan baru (a new wave of disruption) yang saat ini melanda dunia. Fenomena ini disebut revolusi industri 4.0 atau revolusi digital. Proses relokasi industri dari Eropah dan Amerika menuju Asia (Indonesia, Vienam, Thailand, Pakistan, India dll) dan Amerika Latin (diwakili oleh Brazil) dimulai sejak tahun 1970-an. Dampak relokasi industry adalah aplikasi otomatisasi yang intensif dan masif yang merubah persyaratan pekerjaan yang bersifat digital. Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak menguasai literasi digital cepat atau lambat akan tersingkir. Faktor penting lain penyebab terjadinya revolusi industry 4.0 adalah akibat pengaruh kapitalisme keuangan (financial capitalism). Thompson dan Harley (2012) didukung Lazonick (2007) menyatakan bahwa situasi bisnis saat ini telah keluar dari tatanan Knowledge Based Economics (KBE). Dampak dari revolusi industry 4.0 adalah terbentuknya pasar yang hiperkompetitif. Menurut Handy (1998) pasar yang hiperkompetitif menuntut kreativitas dan inovasi, menguras sumber daya keuangan dan dapat mengucilkan SDM dari lingkungan industry karena alas an efisiensi. Dalam era kapitalisme keuangan, laba yang didapatkan relatif besar dengan modal kecil. Laba diperoleh perusahaan bukan melalui produksi barang atau jasa, namun diperoleh melalui modal fenomenologis (McKenna, 2004). Contoh fenomenal di Indonesia adalah Gojek dan Traveloka. Nilai tambah (added value) atau laba yang diperoleh perusahaan bukan berasal dari margin antara pendapatan vs biaya, namun diperoleh melalui self-valorizing things seperti derivatif, hedge fund, arbitrase, commodity atau future market (pasar berjangka), foreign exchange market (forex), bit coin, dan sejenisnya. Bauman (1998) menyebut keuntungan atau kekayaan dari bisnis semacam ini sebagai kekayaan ilusif (the illusion of wealth). Elemen penting dari jenis bisnis ini adalah kecepatan transaksi (Roberts & Armitage, 2006). Menurut Thompson dan Harley (2012), pasar keuangan ini menjadi semakin terpisah atau terlepas dari ekonomi riil (Montgomerie & Williams, 2009). Pada saat ini, kapitalisme keuangan tidak berdampak pada "ekonomi riil" di mana aktivitas bekerja secara nyata terjadi. Kondisi bisnis saat ini lebih mementingkan keuntungan para pemegang saham (share holder value) daripada tatanan dan nilai-nilai keadilan sosial (social values) dan ketersediaan lapangan pekerjaan dan upaya pengentasan kemiskinan. Dalam perpspektif pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM), tantangan yang terjadi pada bisnis masa revolusi industry 4.0 ini memerlukan langkah dan pendekatan baru yang proaktif, yaitu literasi baru yang mencakup : literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia. Paper ini akan menguraikan literasi baru secara komprehensif dengan membaginya menjadi: (1) MSDM Tradisional, (2) MSDM Strategis (Pasca Revolusi Industri), (3) Revolusi Industri 4.0, (4) Posisi Daya Saing Indonesia (5) Reorientasi MSDM era Revolusi Indistri 4.0. (6) Kesimpulan.