PERBEDAAN KADAR SGOT-SGPT SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS FASE AWAL
Abstract
Latar belakang : Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di
dunia. Menurut data statistik World Health Organization (WHO) menunjukkan
Indonesia menduduki peringkat kesembilan dengan insidensi 185 kasus per 100
ribu penduduk dan peringkat ketiga dalam regional Asia-Tenggara. Obat anti
tuberculosis (OAT) lini pertama yang cenderung mempunyai efek hepatotoksik
antara lain isoniazid, rifampifisin, dan pirazinamid. Penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui kadar serum SGOT dan SGPT pada pasien TB paru sebelum dan
sesudah pemberian OAT fase awal.
Desain penelitian : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional
dengan desain penelitian studi kohort. Pengamatan dilakukan pada penderita
Tuberkulosis yang mendapatkan terapi OAT selama 2 bulan terhadap kadar
SGOT-SGPT sebelum dan sesudah pengobatan. Subyek penelitian adalah pasien
TB paru kasus baru berusia ≥16 tahun. Bahan pemeriksaan berupa sampel darah
vena mediana cubiti untuk mengukur kadar SGOT dan SGPT.
Hasil : Subyek penelitian berjumlah 19 orang. Pemeriksaan kadar SGOT dan
SGPT dilakukan sebelum dan sesudah pemberian OAT fase awal. Hasil analisis
data perubahan kadar SGOT menunjukkan bahwa nilai signifikansi p= 0,023 (p<
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar SGOT sebelum dan
sesudah pemberian OAT fase awal.. Hasil analisis data perubahan kadar SGPT
menunjukkan bahwa nilai signifikansi p= 0,007 (p< 0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan kadar SGPT sebelum dan sesudah pemberian OAT fase
awal.
Kesimpulan : Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan
kadar SGOT-SGPT sebelum dan sesudah pemberian obat anti tuberkulosis fase
awal.