PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTISEPTIK BERDASARKAN KOEFISIEN FENOL MENURUT PENEMPATAN DI RSUD KOTA YOGYAKARTA
Abstract
Latar Belakang: Rumah sakit memiliki peran penting dalam mengembangkan
suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi. Angka kejadian infeksi di rumah
sakit berkisar antara 3,3% - 9,2%. Angka tersebut terus meningkat hingga 40% di
Benua Asia. Penelitian yang pernah dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta
menunjukkan bahwa 9,8% pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama
perawatan. Pasien yang menjalani perawatan di kelas III lebih berisiko terkena
infeksi nosokomial sebesar 1,12 kali bila dibandingkan dengan pasien yang
menjalani perawatan di kelas I dan II. Hand hygiene merupakan ukuran yang paling
penting dalam tindakan pencegahan infeksi nosokomial karena lebih efektif dan
rendah biaya, serta diperkirakan dengan melaksanakan hand hygiene dapat
menanggulangi penyebaran infeksi nosokomial hingga 50%. Studi ini diperlukan
untuk mengetahui efektivitas antiseptik yang ditempatkan di berbagai zona risiko
infeksi yang ada di rumah sakit.
Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross-Sectional terhadap 4
antiseptik yang ditempatkan pada zona risiko rendah infeksi (ruang administrasi),
zona risiko sedang infeksi (bangsal penyakit tidak menular), zona risiko tinggi
infeksi (UGD), dan zona risiko sangat tinggi infeksi (ICU) dengan menggunakan
uji koefisien fenol. Analisis data yang digunakan dengan uji univariant dan uji
multivariat menggunakan One Way ANOVA untuk mengetahui perbandingan nilai
koefisien fenol dari setiap antiseptik.
Hasil: Hasil dari penelitian ini didapatkan koefisien fenol pada zona risiko rendah
infeksi (ruang administrasi) sebesar 1,25, zona risiko sedang infeksi (bangsal
penyakit tidak menular) sebesar 1,15, zona risiko tinggi infeksi (UGD) sebesar 0,95,
dan zona risiko sangat tinggi infeksi (ICU) sebesar 0,85.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan efektivitas antiseptik menurut penempatannya di
rumah sakit berdasarkan koefisien fenol, dengan nilai koefisien fenol antiseptik
yang ditempatkan pada zona risiko rendah infeksi (ruang administrasi) lebih besar
dibandingkan koefisien fenol antiseptik yang ditempatkan pada zona risiko infeksi
lainnya.