HUBUNGAN SENAM AEROBIK LOW IMPACT INTENSITAS RENDAH-SEDANG TERHADAP RANGE OF MOTION EKSTREMITAS BAWAH DAN RISIKO JATUH PADA SUBYEK LANJUT USIA
Abstract
Latar Belakang: Kejadian jatuh pada lanjut usia setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) didapatkan proporsi cedera akibat jatuh pada lanjut usia (60 tahun keatas) sekitar 70,2%.Ada 9 propinsi yang memiliki angka kejadian jatuh pada lanjut usia melebihi angka kejadian jatuh secara nasional. Salah satu faktor penyebab jatuh pada lansia adalah penurunan range of motion (ROM) ektremitas bawah. Upaya penurunan risiko jatuh pada lansia, khususnya pada peningkatan fungsi dari ROM ekstremitas bawah dapat dilakukan melalui senam aerobik low impact intensitas ringan-sedang.
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan senam aerobik low impact intensitas rendah-sedang terhadap range of motion ekstremitas bawah dan risiko jatuh pada subyek lanjut usia.Untuk membandingkan range of motion dan risiko jatuh pada subyek lanjut usia yang melakukan senam aerobik low impact intensitas rendah-sedang dan yang tidak melakukan senam.
Metode Penelitian: Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Subyek penelitian adalah 21 lansia yang senam. Penelitian ini melibatkan lansia di balai PTSW (Panti Sosial Tresna Werdha) Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul 21 lansia. Setiap minggunya, lansia melakukan senam aerobik low impact intensitas rendah-sedang sebanyak 6 kali setiap minggunya. Sedangkan untuk kontrol melibatkan lansia yang tidak pernah melakukan senam, lansia bertempat tinggal di desa Tlogo, Kasihan Bantul sebanyak 21 orang. ROM diukur dengan goniometri. Analisis data yang digunakan adalah Mann-whitney test dan One sample t test.
Hasil: Hasil dari pengukuran ROM menunjukan knee flexion, ankle dorso flexion, ankle eversion menunjukan hasil p>0,05. Ankle plantar flexion , ankle inversion menunjukan p<0,05 namun rerata kelompok kontrol pada ankle inversion lebih baik daripada kelompok senam dengan kelompok kontrol sebesar 25,76 o±7,14 dan kelompok senam 18,86 o±4,20.Risiko jatuh menunjukan hasil p<0,05 dengan rerata kelompok kontrol lebih baik sebesar 0,71 ± 3,27 dan untuk kelompok senam sebesar 11,67 ± 19,64.
Kesimpulan: Dari penelitian yang telah dilakukan pada lansia yang berada di Balai PSTW (Panti Sosial Tresna Werdha) Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul dan Desa Tlogo, Kasihan, Bantul dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna knee flexion, ankle dorso flexion, ankle eversion, dan risiko jatuh pada subyek lanjut usia yang mengikuti senam aerobik low impact intensitas rendah-sedang ,namun pada ankle plantar flexion, and ankle inversion ada perbedaan bermakna range of motion pada lansia yang melakukan senam.