dc.contributor.advisor | SUKMONO, FILOSA GITA | |
dc.contributor.author | CAHYADI, MT. BAMBANG | |
dc.date.accessioned | 2017-06-14T07:39:47Z | |
dc.date.available | 2017-06-14T07:39:47Z | |
dc.date.issued | 2017-04-27 | |
dc.identifier.uri | http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/11021 | |
dc.description | This undergraduate thesis discusses about the Papuans are represented in the movie. The phenomenon of Papuans sometimes made that closely linked to negative assumptions. This is due to the geographical conditions, where the region of Papua is far from the capital of the Republic of Indonesia, so that make the Papuan is sometimes considered to be underdeveloped, impoverished, and not seldom is considered to have a hard character. It can be seen in Epen Cupen the movies used as references in writing this thesis, how filmmakers represent the character of someone named Cello as the original indigenous people of Papua a who cause a lot of problems. There fore, the researchers interested in researching how people of Papua are represented in the Epen Cupen the movie.
The researcher using Semiotics Roland Barthes to analyze the signs with the goal of seeing how the Papuans are constructed in the film Epen Cupen. The film was one of the first comedy movies produced by Papuans named Gope T. Santani and directed by Iran Acho Bachtiar with main character Klemen Awi as a Cello in the lift to the big screen with the genre of comedy (mob).
So in this thesis, the researcher analyzed about the Papuans being represented in the movies set in East Indonesia, then the researcher found that apparently still many stories in this movie which describes about the Papuans are still worn by the character of thuggery, discrimination, underdevelopment of the Papuans. | en_US |
dc.description.abstract | Penelitian ini melihat tentang orang Papua yang di representasikan dalam film. Fenomena masyarakat Papua terkadang menjadikan Papua selalu dilekatkan dengan anggapan-anggapan negatif. Lantaran kondisi geografis yang jauh dari pusat ibu kota menjadikan orang Papua terkadang selalu di anggap tertinggal, terbelakang, miskin dan sering di identik dengan berwatak keras. Terlihat dalam film Epen Cupen bagaimana pembuat film merepresentasikan karakter seorang cello sebagai orang pribumi asli Papua yang banyak menimbulkan masalah dan meresahkan banyak orang. Maka dari itu peneliti kemudian tertarik untuk melihat bagaimana orang Papua di representasikan dalam film Epen Cupen.
Peneliti menggunakan metode Semiotika Roland Barthes untuk menganalisis tanda-tanda dengan melihat tujuan bagaimana orang Papua di kontruksikan dalam film Epen Cupen. Film ini adalah salah satu film komedi pertama orang Papua yang didiproduksi oleh Gope T Santani dan disutradarai oleh Irham Acho Bachtiar dengan pemeran utama Klemen Awi sebagai Cello yang di angkat ke layar lebar dengan genre komedi (mob)Papua.
Maka dalam penelitian ini, peneliti menganalisis tentang orang Papua direpresentasikan dalam Film yang berlatar belakang Indonesia Timur, peneliti kemudian menemukan bahwa teryata hasilnya masih banyak cerita di dalam Film Epen Cupen yang menggambarkan tentang orang Papua yang masih melekat dengan karakter premanisme, diskriminasi, keterbelakangan orang Papua. | en_US |
dc.publisher | FISIP UMY | en_US |
dc.subject | Representasi, Orang Papua, Film Indonesia. Representation, Papuans, Indonesian Film | en_US |
dc.title | REPRESENTASI ORANG PAPUA DALAM FILM INDONESIA | en_US |
dc.title.alternative | ( ANALISIS SEMIOTIKA SIGNIFIKASI DUA TAHAP/ MODEL ROLAND BARTHES PADA FILM EPEN CUPEN ) | en_US |
dc.type | Thesis
SKR
FISIP
334 | en_US |